banyaknya pengunjung
DAFTAR ISI BLOG
kumpul blogger
lowongan
lowongan kerja
lowongan kerja
income-web
promoteburner
antibiotik
Antibiotika sebenarnya telah digunakan sejak ratusan tahun sebeluma masehi, sekitar 2500 tahun yang lalu, manusia telah mengobati infeksi kulit tertentu dengan jamur yang ternyata menghasilkan antibiotika. Namun, penyelidikan ilmiah baru dimulai sejak tahun 1877, setelah Louis Pasteur menemukan bakteri sebagai penyebab penyakit. Bersama Joubert, ia menemukan bahwa kuman antraks, yang tumbuh dalam urin steril, terhambat pertumbuhannyabila didalam urin tersebut dimasukan kuman terentu. Tahun 1896, Ernest dan Duchesne menemukan efek antibakteri dari jamur Penicillum glaucum. Namun penemuan ini kurang mendapat sambutan.
Baru pada tahun 1988, Alexander Fleming, ahli bakteri inggris, secara kebetulan menemukan bahwa jamur Penicillum mengeluarkan zat yang mematikan kuman disekitarnya. Zat itu disebut penisilin. Penemuan ini dikembangkan oleh Ernst B. Chain dan Howard W. Florey, sehingga dapat diproduksi secara besar-besaran. Pada tahun yang sam, ditemukan pula jamur Streptomyces yang menghasilkan antibiotika streptomisin. Antibiotika ini ditemukan oleh Schman A. Waksman. Setelah maneliti lebih dari 10.000 jenis bakteri tanah. Pada perang dunia II, penisilin berjasa besar menymbuhkan ribuan prajurit dari infeksi kuman. Sejak itu penggunaan penisilin semakin meluas, angka kematian menurun drastis.
Sampai sekarang, telah banyak jenis antibiotika yang dikembangkan dari bahan alamiah. Antibiotika alamiah kadang dapat diubah secara kimiawi sehingga lebih manjur, lebih awet, dan lebih aman. Ini disebut antibiotika semisintetik. Disamping itu, juga telah dikembangkan antibiotika sintetik yang bukan dari alam, melainkan zat kimia yang dibuat di laboratorium.
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu, yang berkhasiat melumpuhkan atau mematikan mikroorganisme yang lain. Antibiotika banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kuman, amoeba, jamur, dsb. Pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Harus memiliki kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.
- Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten parasit.
- Tidak menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki pada inang, seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastrointestin.
- Tidak melenyapkan flora mikrobe normal pada inang, gangguan terhadap flora normal dapat mengacaukan keseimbangan alamiah, sehingga memungkinkan mikrobe yang non patogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru. Penggunaan antibiotik berspektrum luas untuk waktu lama misalnya, dapat melenyapkan flora bakteri normal tetapi tidak melenyapkan monilia (cendawan) dari saluran pencernaan. Dalam keadaan demikian monilia dapat menimbulkan infeksi.
- Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam lambung, atau melalui suntikan (parental) tanpa terjadi pengikatan dengan protein darah.
- Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
- Konsentrasi antibiotik didalam jaringan atau darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi.
Resistensi Terhadap Antibiotik
Penularan Resistensi Terhadap Obat
Menetapkan Keefektifan Zat Kemoterapeutik
Posting Komentar